Membangun Kreativitas Menulis Bagi Siswa

Menulis ibarat pisau yang harus terus diasah agar semakin tajam.

Mengapa banyak orang tidak sanggup untuk menulis? Jawabnya mudah saja. Karena keterampilan ini hanya bisa muncul kalau kita banyak membaca buku dan menjadi pendengar yang baik. Menulis dan membaca adalah satu kesatuan utuh. ”Itu sudah hukumnya”, kata Mas Hernowo penulis buku best seller "Mengubah Sekolah". Artinya, membaca dan menulis merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan,. saling memberi dan menerima (take and give).  
 
Pepatah mengatakan menulis itu ibarat pisau yang tajam. Bila tidak terus diasah, akan mengakibatkan pisau menjadi tumpul dan berkarat. Sama halnya dengan menulis. Bila seseorang sudah terbiasa menulis, maka tulisannya akan tajam menganalis kejadian-kejadian yang terjadi di sekitarnya. Namun, bila seseorang tidak terbiasa menulis maka tulisannya kurang bermakna. Tumpul dan tak mengena di hati para pembacanya.

Menulis adalah sebuah kreativitas yang harus dikuasai. Walaupun untuk mencapai itu harus melalui proses yang cukup panjang. Tidak sekali jadi. Semua berproses, melalui latihan dan latihan sambil langsung praktek sehingga tulisan yang dibuat menjadi bermakna bagi yang membacanya.

Namun sangat disayangkan, menulis kurang tergarap dengan baik pada pelajaran bahasa Indonesia di beberapa sekolah. Kenyataan di lapangan masih banyak peserta didik yang tidak bisa menulis, baik dari tingkat SD sampai SMA. Mereka serasa tak memiliki kreativitas untuk menulis. Padahal, menulis adalah kreativitas yang dapat dimunculkan.Conny Semiawan pakar kreativitas dari UNJ mengatakan, diperlukan sebuah kreativitas untuk menulis yang enak dibaca dan bermanfaat. Kreativitas muncul, bila terus didorong melalui berbagai latihan, termasuk latihan menulis.

Sayangnya, budaya menulis belum menjadi primadona di sekolah kita. Masih banyak peserta didik kita yang tak mampu untuk menulis. Bahkan menuliskan ide atau gagasannya sendiri. Perlu dicari solusi memecahkan masalah ini. Anak didik di sekolah kita harus pandai menulis. Para guru ditantang untuk menemukan metode baru dalam mengembangkan kreativitas menulis.   

Kunci untuk dapat menulis adalah memiliki perasaan senang, dan banyak membaca buku serta menjadi pendengar yang baik. Anak harus diarahkan dulu agar senang membaca buku. Bila perasaan senang sudah muncul, maka akan muncullah potensi kreativitas siswa. Demikian juga bila guru ingin anak didiknya pandai menulis, maka guru itu harus memulainya dari dirinya dulu. Guru akan merasakan bagaimana sulitnya memulai menulis. Bila menulis sudah sering dilakukan oleh para guru itu sendiri, maka guru akan merasakan nikmatnya menulis.

Mengapa? Karena dengan makin sering menulis, guru akan dapat membuat sendiri bahan atau materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada anak didiknya. Guru akan menguasai materi pelajarannya jika menulis. Bila tulisannya bagus, bermakna, dan sudah banyak, maka akan dapat menjadi sebuah buku pelajaran yang layak untuk dicetak dan dibaca oleh para peserta didiknya.
Itulah contoh konkrit sebuah kreativitas menulis.

Karena itu budayakan kebiasaan menulis di sekolah kita dari sekarang. Ajaklah anak didik kita untuk juga ikut menulis. Bila budaya menulis sudah tumbuh diantara guru dan anak didiknya, maka akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di sekolah. Kreativitas akan muncul dari proses menulis itu. Akan terlihat mana guru yang kreatif, dan mana yang tidak dari proses menulis itu. Segeralah menulis buku!

Begitupun dengan peserta didik kita. Akan ketahuan mana anak yang terbiasa menulis, dan mana yang tidak terbiasa menulis. Anak harus didorong untuk dapat memunculkan kreativitas menulis. Potensi menulis mereka akan muncul bila sudah terbiasa menulis. Menulislah dari hal-hal yang ringan terlebih dahulu, misalnya menulis dalam buku harian atau diary.   

Menulis dapat membangun kreativitas anak. Menulis dapat mendidik anak kita menciptakan sesuatu. Menciptakan buah pemikiran yang ada dalam otak peserta didik yang memunculkan ide-ide cemerlang. Menelurkan ide atau gagasan ke dalam bentuk tulisan bukanlah pekerjaan mudah. Dibutuhkan sebuah pembelajaran kreatif agar proses kreatif menulis itu muncul. Guru dan orang tua harus mampu mendorong anak-anaknya agar mampu mengembangkan kecakapan kreatif melalui menulis.

Guru di sekolah harus dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif, agar menulis menjadi pelajaran yang disukai oleh anak. Senang dan gembira harus dimunculkan dalam proses pembelajaran yang kreatif. Selain itu kemampuan mendengarkan yang masih lemah perlu diperhatikan juga oleh guru. Guru harus pandai menarik perhatian siswa.   

Pembelajaran yang kreatif adalah pembelajaran yang mampu mendorong kreativitas dan memunculkan potensi siswa. Perlu terobosan baru dari guru-guru di sekolah untuk memunculkan kreativitas menulis. Untuk itu, para guru ditantang untuk mampu menciptakan proses pembelajaran yang bisa mengelaborasi antara materi pelajaran teori dan praktik secara menarik.

Misalnya dalam pembelajaran internet, siswa diarahkan untuk dapat menulis di blog atau website pribadinya masing-masing. Bisa juga dimunculkan tulisan siswa dalam majalah sekolah atau majalah dinding.  

Kesempatan mengembangkan pembelajaran yang lebih kreatif itu sebenarnya cukup terbuka, apalagi dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memberikan otonomi pendidikan pada sekolah masing-masing. Karena itu sekolah dan guru harus mampu memanfaatkan potensi mereka untuk menemukan cara mengajar yang demokratis dan mampu menggali potensi diri setiap peserta didik.   

Sekarang ini belajar di kelas tidak bisa lagi satu arah. Justru guru yang harus berkreasi bagaimana materi pelajaran yang disampaikannya bisa dipahami secara baik oleh siswa.

Oleh karena itu mari memulainya dengan cara belajar menulis. Menulis adalah sebuah kreativitas yang dapat dimunculkan oleh guru dalam mentransfer ilmunya. Semoga dari kebiasaan menulis, dapat memunculkan kreativitas dan potensi siswa (*/syafanton)