Mahendra, Seniman yang Petani

Mahendra, bagi masyarakat kesenian, nama ini sudah tidak asing lagi, lantaran aktivitasnya bergelut dengan lingkungan hidup, sosial, budaya dan kesenian. Figur muda ini, dikenal sebagai seorang penyair handal, dan karya-karyanya  telah bertebar ke seantro penjuru nusantara.

Hendra Cipta, demikian nama lahirnya, setamat S1 jurusan Theology dan Filsafat, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, ia mengembangkan karirnya dibidang kesenian. Pernah bergiat di Teater Es-Ka Yogya, Rumah Arus Community Yogyakarta, Sindikat Penyair Pnggiran Yogyakarta  (SPPY), Krikil Freelance,  serta Therminal Kuman Experimente De Arte.

Sebagai penyair ia telah menerbitkan sejumlah buku antologi puisi, dan terakhir yang  Madura Aktual terima berupa; Kumpulan Puisi Mahendara, Lonceng Kerbau. Pihaknya pernah diundang dan puisinya terkumpul  dalam buku  “What Portry? Antologi Penyair  Internasional”, Forum Penyair Internasional dan lainnya.

Mahendra, yang kerpa juga dipanggil E’eng sedang fokus menggalang anak pesantren dan siswa sebagai pembina masyarakat seni Pesantren ,  sanggar-sanggar sekolah, dan kampus dan mencoba membangun jaringan kesenian “Tanean Lanjhang Culture Art Exebition”.

“Seni lahir dari keseharian  yang remeh-temeh, banak, kitch dan profan”, demikian ungkapan Mahendra dalam pemahamannya dunia kesenian. Sebagai stradara dan aktor  dalam banyak pertunjukan ia juga menulis nahkah teater, esai, artikel, kuratorial dan puisi. Dam sekarang masih konsis mengelola “Ponminimalis Jurnal”, sebagai media cetak berkala sekitar dunia seni dan sastra.

Hidup bersahaja di kawasan Desa Gedung  Sumenep, pria yang satu ini dalam kehidupan sehari-harinya tetap mengandalkan dunia pertanian. Ia lebih suka disebut petani dibanding atribut karir lahirnya.

“Saya lahir dan dewasa dari keluarga petani, dan saya akan terus hidup dalam dunia pertanian”,  pungkasnya pada Madura Aktual.

Penulis  : Dzulfie Zamzami

Posting Komentar

0 Komentar