Paranoid Dari Sudut Pandang Kearifan Madura

Kecurigaan adalah hal yang biasa, tentu untuk berjaga-jaga agar kita tidak tertipu atau berinteraksi dengan orang yang salah. Tapi ketika kecurigaan itu mulai berlebihan dan kita tidak mampu untuk membangun hubungan yang baik dengan orang lain, itu yang berbahaya. Kecurigaan berlebihan dalam psikologi merupakan suatu gangguan kepribadina yang disebut dengan Paranoid.

Sikap ini menurut ungkapan Madura orang mempunyai sifat “ejhin” yaitu suka mengganggu privasi orang lain. Dan umumnya selalu ditentang dengan ungkapan “ba’na ngakan kapor sengko’ ta’ noro’a ba’ang”, (kalau kamu makan kapur, aku gak akan merasakan getirnya), atau “ngakan kapor ta’ sapa se ba’ang” (makan kapur bukan siapa yang getir)

Sifat ini cenderung usil, sok tahu keadaan orang lain dan biasanya menilai tanpa berfikir kebenarnya. “Se ngakan nangka mekol lecangnga” (yang makan nangka memikul getahnya). Artinya masing-masing orang mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri. Urusanmu, urusanmu, urusanku, urusanku. Mungkin begitu maksudnya

Sikap macam ini juga tentu tidak akan ditolerir oleh lingkungannya, sebab bila sampai menajam akan menjadi fitnah. Makanya dalam kearifan Madura disebut “ngangguy mata buta, kopeng tengel, colo’ buwi’” (menggunakan mata buta, telinga tuli, mulut bisu). Dalam kondisi ini hati dan otak tidak berfungsi lagi, karena orang lain dianggap tidak benar.

Untuk itu, orang Madura dituntun agar tidak berperilaku “pagharra orang ereksaghi, mon pagerra dhibi’ ta’ ereksaghi’ (pagar orang diperiksa, pagharra dhibi’ tidak) atau dalam pribahasa disebut “anak dipangku dilepaskan, beruk dalam rimba disusukan (disusui)” (selalu membereskan (memikirkan) urusan orang lain, sedangkan urusan sendiri diabaikan) atau “laki pulang kelaparan, dagang lalu ditanakkan” (lebih banyak mengindahkan urusan orang lain daripada urusan sendiri)

Masih ingat; “gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak”, dalam uangkapan Madura disebut “ta’tao jha’ konco’na elongnga bada lecangnga” (tidak tahu kalau diujung hidungnya berpelotan ). Sikap orang macam ini bisa dipahami sebagai “ngala’ karebbha dhibi’” (sesuka hati) tanpa melihat siapa dirinya.

Dalam ungkapan lain, orang Madura menyebut “mara orang akento’, (seperti orang kentut) yaitu kejekannya sendiri dilimpahkan pada orang lain, dengan prilaku “ngangguy kobasana” (merasa punya kuasa sendiri).

Dalam ilmu psikologi, sikap macam ini disebut “paranoid”, yaitu penyakit atau gangguan pada orang selalu ragu dan curiga pada orang lain, yang cenderung menilai orang lain dari sisi negatif. Sebagai misal, melihat orang lain yang sukses dalam usaha maupun karir, dianggap suatu perlawanan pada dirinya dengan tuduhan-tuduhan membabi buta. Dan sikap itu tentu akan merugikan diri, dan juga orang lain (karena fitnahnya)

Semoga Allah melindungi kita dari perbuatan yang salah. (syafanton)