Tak bisa dipungkiri pesantren telah digiring pada suatu pemahaman sebagai basis lahirnya kaum radikal yang dalam bahasa populer sarang teroris. Penggiringan publik pada stigma buruk ini sangat menciderai hati para pendidik atau orang-orang yang pernah menempuh jalur pendidikan pesantren.
Hal ini harus disikapi dengan lebih dewasa dan bijak dengan adanya stigma tersebut paling tidak keberadaan pesantren mulai diperhitungkan. Adanya pesantren mulai mendapat perhatian, hal semacam ini harus dimanfaatkan dengan baik.
Pihak asing atau orang-orang luar pesantren mulai ada keinginan untuk lebih mendalam tentang apa itu pesantren, jika bisa dimanfaatkan dengan maksimal akan menjadi penanda baik untuk menghapus stigma buruk tersebut. Agaknya tak kenal maka tak sayang bisa menjadi hipotesa akan lahirnya era baru, di mana kegiatan-kegiatan pesantren mulai dilirik.
Saya pun bisa bernostalgia dengan ingatan demi ingatan hidup di pesantren utamanya pesantren Al-Amien Prenduan, di mana membuat persiapan mengajar sudah menjadi tradisi baik dari generasi ke generasi yang kemudian mulai diadopsi oleh bangsa Indonesia dalam dunia pendidikan yang dimiliki. Silabus, RPP sudah menjadi akrab di kalangan dunia pendidikan atau kalangan para pendidik.
Tradisi bersastra yang berjalan secara alamiah membuat para santri maupun guru di pesantren Al-Amien Prenduan tampil menjadi juara baik ditingkat regional maupun nasional, dan saya pribadi merasakan buah pendidikan bersastra di pesantren, sampai akhirnya pada bulan Oktober 2013 berkesempatan mengikuti Kongres Penyair Sedunia ke-33, sahabat saya, Ach. Nurcholis Majid pernah menjuarai lomba esai tingkat guru SMA/MA seIndonesia, itu pun didapat saat Nurcholis mengabdikan diri sebagai guru di pesantren.
Memposisikan pesantren sebagai basis pendidikan dan basis sastra di tengah gempuran anggapan pesantren sebagai sarang teroris bisa menjadi langkah yang sangat tepat. Memulihkan kepercayaan publik dengan mengenalkan tradisi yang sangat khas merupakan langkah jitu untuk menepis segala anggapan buruk.
Shalat jama'ah, dzikir bersama, mengaji al-qur'an bersama, bershalawat dan tahlil bersama merupakan implimentasi dari sastra yang sesungguhnya.
Pesantren adalah lembaga pendidikan yang tak hanya fokus pada ilmu-ilmu keagamaan, pesantren bukanlah sarang teroris melainkan basis pendidikan sastra. Pesantren terjemahan dari sastra itu sendiri, Allah itu indah dan mencintai keindahan. | sebelumnya ...
Penulis : Moh. Ghufron Cholid
0 Komentar